Sunday, September 2, 2007

satu ketika...

ada satu yang kembali mengulur ke langit. satu asa akan pertemuan jiwa yang kadang terasa begitu hebat mendera. ada satu yang ternyata masih menjajah jiwa. penjajah yang tanpa belas kasihan semakin mengaburkan makna ada dan tiada di dalam kenyataan setiap peristiwa.
tidak! aku tidak sedang berlari, sembunyi atau mencoba menepi. aku hanya sedang menghindari warna api yang menyala bergelora di kedalaman diri, yang kerap menjadi cahaya bagi sang cahaya yang kadang badai kadang api.
kenyataan bahwa aku mencintai orang lain yang telah melihat keseluruhanku dengan utuh. kenyataan bahwa ada kerelaan yang telah terjadi dari dasar hatiku, dengan harap suatu waktu dia selalu mendampingiku. kenyataan bahwa aku melihat garis cinta yang baru di kanvas jiwaku.
kadang memang aku masih cemas memikirkan kabar sang mantan belahan jiwa (jika mungkin untuk kusebut demikian), apakah ia tenang dalam bahagianya di sana (entah dimana), atau justru dia sedang terpekur merenungi dirinya yang kembali kehilangan sang cahaya. cemas, karena aku memang masih menyimpan rasa itu tepat di tempatnya semula (tanpa berpindah). dan ketidakberpindahan itu, membuatku masih menyimpan warna keemasan yang pernah berpencar dan terpancar di lubuk hatiku (menurutku, itulah alasan kehidupanku, untuk sempat bertemu dengannya). yang jelas, aku ingin ia bahagia. selalu, walau tanpa adanya aku dalam hidupnya. dan semoga aku juga diberikan bahagia. selalu, walau tanpa adanya dia di kehidupan masa depanku selanjutnya.