Monday, March 26, 2007

aku pergi

saatnya untuk pergi,
karena dengan tetap tinggal di hatimu hanya akan membuat kita semakin hanyut dalam gelombang ragu tak tentu arah dan lupa untuk menepi.

aku harus pergi,
karena ada yang berkata matahari selalu mendampingi bulan,
seperti lirik pada lagu.

suatu saat kelak,
kamu akan mengerti mengapa aku harus pergi
bukan karena tak lagi kutemukan kedamaian selagi menetap di jiwamu
bukan pula karena aku tak lagi bisa menyandarkan hatiku padamu
tapi karena cinta.

maafkan..
maafkan aku.

tak perlu ada luka, jeda apalagi duka untuk perpisahan kali ini
begini jauh lebih baik
tak pula perlu peluk cium, dekap hampa, ataupun kata-kata "jangan lupakan aku"
karena kita sama-sama tahu semua yang pernah ada tak bisa dilupakan begitu saja

kini aku pergi,
dan berpura-puralah bahwa ini akan sama saja seperti perpisahan sebelumnya
walau kita sama-sama mengerti ini sungguh berbeda dari semua yang pernah terjadi.

aku menyayangimu..
akan selalu menyayangimu,
tapi sekarang..aku harus meninggalkanmu dan setumpuk lembaran-lembaran kenangan kita.

Friday, March 23, 2007

kelak, nanti, suatu saat

sependar warna malam menyeruak dari batas pandanganku akan sesuatu yang dinamakan "kelak, nanti, suatu saat". satu hal yang agak kutakuti tapi kutunggu terus tanpa henti. sambil melihat warna pelangi hati, dan menebar benih sayap-sayap untuk mekar di balik punggung.

"aku akan berhenti sekarang!"

seutas tali yang mengikat hatiku yang telanjur mengakar di dunia cinta penuh mimpi akan terputus dengan satu ucapan perpisahan. benar-benar heroik. perpisahan karena cinta. perpisahan tanpa isak tangis, selain hati yang perlahan mengambang dan perlahan kian melayang jauh ke awan.

takkan ada dongeng lagi kali ini, karena kelak hidup akan menjadi jauh lebih sederhana tertatahi. ada jiwa yang penuh tahta berlian, jiwa yang memendam kerinduan akan belahan yang tertinggal di salah satu sudut kehidupan, jiwa yang berlarian mencari pendamping untuk temani masa-masa bersendiri menikmati sepi, dan jiwa yang melanglang dunia untuk temukan rangkaian kalung hati untuk dilingkarkan di leher sepanjang hidup, kelak.

hh.. maka aku akan menggerakkan pena untuk mulai menulis cerita lain yang lebih ceria. semoga..

Tuesday, March 20, 2007

aku tidak begitu berani untuk belajar terbang
tidak boleh menyeberang! karena dengan menyeberang berarti memotong langkah. karena dengan menyeberang berarti aku justru menghadang matahari yang terik membakar bumi. karena berarti aku menghadang putaran waktu dengan sekuat tenaga mengganjalkan batu agar berhenti menggelinding dan berhenti menjatuhkan buliran deras di saat sedang mengalir dasyat, untuk sejenak diam dan diam.
nyatanya itu tidak mungkin. karena dengan berhenti akan membuat masing-masing jiwa kami tertinggal. dengan tertinggal berarti kami akan kehilangan sesuatu yang tidak kami ketahui besaran pentingnya, karena nukan tidak mungkin kami justru hanya akan mengorbankan sesuatu yang belum tentu pantas dikorbankan.
maka aku hanya mampu menekan tombol 'tunda', untuk menyeberang, dan untuk kembali ke sisinya.
Posted on March 20, 2007 at 03:22 AM Permalink Comments (0)

Musim Semi
terdapat satu wilayah di taman hati yang dilingkupi warna bening. sebentuk kristal atas nama welas asih, keikhlasan dan ketentraman batin. beberapa wajah meraup benak, begitu benar dalam relasi dan begitu tepat dalam komposisi. wajah-wajah persaudaraan, yang masih mengingat setiap lekuk paras muka, masih hafal tiap maksud naik-turun intonasi suara, masih kenal akrab watak setiap jiwa. terdapat lumuran warna mutiara di lingkaran yang mengelilingi kami semua. rasa tergetar, hangat, bahagia, syukur dan damai serta merta menyerbu masuk ke rongga dada hingga sesak dan terhembus menjadi senyum penuh semu jingga.
adalah musim semi yang menyatukan setiap guguran daun waktu ketika satuannya mulai bergerak sebentuk keutuhan. bukan rinai hujan yang mengurai makna sendiri yang jadi senyawa batin penggenggam penerimaan atas suatu yang disebut masa lalu. setiap kita takkan pernah sama di suatu ketika. jika jembatan telah berdiri, maka berani menyeberang adalah bukti kekokohan nurani untuk menekuni perihal hidup tanpa sedikitpun menghakimi semua yang tiada ikut membangunnya. usia akan terus berkurang, tapi semangat bersatu tak boleh pudar.
dedicated to: dia yang berharap aku berbahagia.
Posted on March 15, 2007 at 05:22 AM Permalink Comments (0)


Satu per Satu
kamu menemukannya kembali di balik salah satu jendela yang tertutup kelambu abu-abu, sedang duduk terdiam memegang gambarmu. kamu mengintip melihatnya hampir menangis menahan duka penyesalan karena pernah beranjak dari hidupmu. punggung sepinya menahan rindu tentang kehadiranmu yang selalu membawa hawa magis di setiap pertemuan jiwa.
lalu ia bangkit dari duduknya. mendekat ke meja kerja yang menumpukkan berlembar-lembar lipatan kertas. dibukanya satu persatu sambil bersandar di dinding kayu. dia membaca kisah pertemuan hati yang tak tepat tergenapi. dia membaca tulisan-tulisan tangannya sendiri tentang satu masa denganmu yang telah dengan pahit mesti ia namakan sejarah-nya. dia melihat semua kerangka-kerangka bertebaran di tumpukan surat itu, yang tiap lembarnya seolah menghadirkan pasir waktu yang semakin jatuh dan hampir tak bersisa. kamu pun melihat ia memeluk semua lembar-lembar tentangmu begitu erat di dadanya seperti takut kehilangan segala yang pernah ada. kemudian manik cair pertama pun terjun bebas dari sudut matanya. dia mencintaimu, tanpa pernah kamu tahu.
kamu bergerak menuju pintu, mengetuk perlahan dan membukanya pelan-pelan. nanar matanya gelagapan menampik aliran basah di pipi dan mematung melihatmu terus melangkah masuk ke kamarnya. surat-surat itu pun terjatuh dari dekapnya. kamu punguti satu per satu. tanganmu gemetar melihat barisan untaian huruf yang tertata rapi dengan tinta biru. sekilas kamu pun sempat membaca serangkai kalimat yang diukir halus dengan manis.
"aku mencintaimu, sejak pertama hati kita bertemu"
dia masih terpana melihatmu memegang tumpukkan surat tak terkirimkan itu. tetap dia biarkan kamu membuka satu per satu dan menyusunnya sesuai waktu saat dia menuliskan kisahnya padamu. kamu letakkan lembaran-lembaran itu kembali di sudut kanan meja kerjanya. rapi, seperti sediakala sebelum dia mengambilnya. dia berjalan menuju sofa bundar di dekat pintu dan hempaskan beban tubuh pada bantalan empuk itu. kamu memilih duduk di kursi kerja, sambil melihat beku wajahnya yang kebingungan harus melakukan apa. dia tidak pernah menyangka semua akan menjadi sebegini terbuka. sesaat kamu sadari dia merasai pertemuan kembali dengan hatimu. segumpal darah yang begitu hangat dan membawa damai ketika digenggam, sebentuk daging yang sangat wangi ketika aromanya menyentuh indera penghidu, sebentuk merah yang warnanya selalu membawa dia lupa akan dirinya, atau bahkan semua tentangnya menjadi tidak begitu penting ketika hatimu ada di dekatnya. sebentuk cermin yang memberikan pantulan bayang dirinya sendiri.
dia memulai dengan berusaha tersenyum padamu. mengeja namamu satu persatu demi meluapkan rasa rindu yang hampir meledak sebelum kamu datang masuk ke kamar persembunyiannya. kamu tidak menyahut. kamu biarkan ia selesaikan ucapannya lebih dulu. parasmu dihiasi senyuman, sambil menunggu dia menjawab tanya di hatimu. kamu berdoa semoga kali ini semuanya jelas tertera. kamu berharap Tuhan berpihak padamu dengan menuliskan kisah paling baik di lembar takdirmu saat ini. kamu dengar dia mengatakan semua hal yang sangat ingin kamu dengar. kamu menerima semua yang tertuang dari kendi jiwanya. dia masih saja tak bisa melepasmu pergi, lalu bagaimana mungkin kamu berharap dia akan membiarkanmu menghilang dari hidupnya.
kamu dan dia baru saja sama-sama menyadari apa yang telah terjadi sebenarnya. terlalu banyak yang tak perlu terjadi andai saja keberanian itu tidak datang terlalu terlambat. kamu masih mencintainya, tanpa peduli apapun alasannya. namun kamu pun masih gentar untuk menyusuri kembali waktu-waktu lalu yang penuh dengan kobaran api yang badai. padahal ia tengah menawarkan sebentuk jembatan dari sulaman doa di hatinya agar kamu bersedia menyeberang ke bingkai hatinya.
seketika pasir waktu tampak turun lebih cepat. hampir habis. dan sisakan satu butir terakhir yang tersangkut di bening lekukan kaca bejana.
cintakah itu dengan membiarkan sesuatu yang paling penting darimu untuk direnggut? cintakah itu jika kerelaan justru akan membawa penyesalan berkelamaan?
dia menunggu tapi juga tak mau terlalu lama menunggu. kali ini dia menunggu dengan berlari mencari sekeping putih hatimu yang dulu pernah kamu hadiahkan padanya, tapi akhirnya ia pula yang mengembalikannya padamu. keping itu yang membuatnya merasa lengkap mengenal utuh hatimu. sekeping yang kini kau biarkan terbang melayang secepat cahaya di sangkar hatimu..
"mengapa kamu lama sekali untuk datang menemuiku?"
"karena aku tersesat di luas langit dan tak ada kamu untuk selamatkan aku."
Posted on March 15, 2007 at 04:24 AM Permalink Comments (0)

nb: catatan waktu luang
suatu hari kau lari kehujanan dan basah kuyup tiba di rumahku. gigil mengelu getarkan biru kedua katup bibirmu, membisikkan pinta padaku untuk bersedia nyalakan api di perapian. coklat hangat masih mengepulkan asap ditemani potongan bolu lembut yang baru diangkat. kutuntun kau menyeruput dan mengulum kehangatan penganan sore yang kemalaman. kutemani engkau berbagi diam berlama-lama duduk tanpa suara kecuali bunyi percik tetas kayu lembab yang terbakar. kupapah tubuh lelahmu naik keperaduan. kita mengadu benak untuk setubuhi wangi udara dan merenangi lautan ingat. sayu dayung dikayuh berdua. megap-megap penuh peluh dan sekujur penuh semu memerah. asap menguap, dan api padam.
subuh itu matahari menampakkan wajah. embun di pucuk daun sirna ditelan cahaya hangat. kau terbangun sadarkan diri dengan sesal. berlari terhuyung memburu resah batin untuk segera pulang mencumbu keindahan magis rumah. berkeras melangkah seribu tuk hilangkan bayang paras pemberi wangi surga sekejap. dia yang mampu menurung rasamu untuk kembali bersua kembali. dia yang terkenang di hatimu sebagai potongan kisah paling indah dan istimewa, yang membuatmu kehilangan diri beberapa saat dan temukan nirmana dalam dekap.
dedicated to: dia yang pernah menyesal mengenal makna ada.

Posted on March 06, 2007 at 05:25 AM Permalink Comments (0)