Thursday, December 6, 2007

catatan hari ini



Ketika tak mampu merengkuhmu adalah dukaku sendiri
Ketika tak mampu menjangkaumu adalah kepingan beling kaca di telapak kaki
Ketika merindukanmu adalah setitik dosa yang semestinya tak kuakui sebagai dosa
Ketika kehilanganmu adalah kehilangan sepenggal bentuk dari jiwaku
Ketika tak lagi bisa miliki mimpi denganmu adalah derita
Ketika tak lagi bisa menatap matamu kuanggap hasil hasutan sang durjana
Ketika tak bisa bersamamu adalah keranda kematian yang mesti kubawa sepanjang nyawa masih bersemayam di raga

Kini aku yang tak lagi bisa mengartikan satu kata (cinta)
Seperti berkas sinar yang perlahan kian sirna
Di keluasan langit, di kedalaman samudera.

06-12-07
17:18:35


Kuingat serangkai cerita usang setiap kali hujan mengguyur deras aspal jalanan. Tentang sekuntum kaktus yang berpindah tangan. Tentang melodi yang mengalun di tengah gerbang kehampaan. Ingatan tentang hujaman belati waktu atas kisah yang pernah hampir tak habis kutangisi di malam-malam sunyi. Ingatan tentang prasasti kecintaan yang pernah tegak berdiri di tengah kecaman komunitas jiwa yang pernah menatap penuh kebencian. Ingatan tentang ingin yang ditangguhkan atas nama perasaan tak termiliki.

Tiap kali hujan reda,
Kutup tirai kenangan dengan pucat pasi.

15-11-07
18:17:28


Jika dia datang lagi, apa yang semestinya kukatakan ketika mungkin ia akan pertanyakan dimana kecintaan kuletakkan atau bagaimana setia kumaknakan. Jika dia datang lagi, jawaban apa yang semestinya kukatakan ketika mungkin ia akan pertanyakan masihkah ada ruang lama yang telah terkunci rapat bisa kembali terbuka untuknya, atau masihkah ingin yang sempat terkebiri sesekali sempat menjamah hati untuk kembali berharap satu dalam asa.

Jika dia datang lagi,
mungkinkah aku akan tetap bisa berlaku baik pada hati-hati semua yang mencintaiku hampir purna ketika mungkin saja aku membelahnya menjadi dua dengan tega.

17-11-07
08:52:06

Wednesday, October 24, 2007

rerupa senja

ia melangkah mengejar senja
merepih marak gelombang suara dengan serakan daun kering di lantai maya
menceraikan batas luka yang legam mempesona
seperti warna senja-senja yang biasa

aku tergugu diam di belantara duka
kepalan jari tak lagi akan terasa
aku harus menghilang
seperti senja-senja yang terlewat

itu saja, rupa nelangsa..

Monday, October 22, 2007

catatan rindu

akankah ia berbahagia, jika mengetahui aku yang bahagia? sementara dalam keredupan siluetnya, kutemui sepi yang mendesak jiwa untuk terus selimuti dirinya dengan sunyi. sesaat, aku kembali terpana...
akankah ia masih tetap melayangkan madah doa untukku jika ia tahu ke mana arah langkah akhirnya kutujukan? karena dalam sepi menekuni suara-suara dalam batinnya sendiri, di antara hingar bingar suara teriakan rutinitas yang minta disetubuhi, ia tak lagi ketahui apapun tentangku semenjak panggilanku tak menggerakkan hatinya untuk menjawab, dan pesanku tak menggetarkan jiwanya untuk sedia mendengar..
mungkin jalinan tipis yang sempat tertera di garis langit tak lagi menyambung untuk suarakan getir aku dan dia, mungkin karena itu pula telah tergambar wajah takdir yang baru bahwa aku telah kehilangannya, begitupun dia telah kehilangan aku..
kami hanya bersisa serupa moksa yang pendar di ujung cakrawala. kami hanya pendaran samar cerita-cerita penanda misteri hidup yang terakhiri dengan gontai juluran bunga yang layu masai dihembus angin penuh debu. lalu warna yang biasa melingkupi citra diri kami berdua pun kian hilang tersamar waktu yang kian gulir demikian pesat. semoga ia berbahagia, dalam diam kesendirian yang kini ia peluk sedemikian erat. karena aku menyayanginya, masih dengan kadar yang absurd untuk diterima logika.


kau sudah bosan dengar semua laguku, kutahu. bahkan engkau mulai memilih untuk menyingkirkan aku dari pecahan-pecahan ingat di kepalamu. kau sudah bosan dengan semua tingkahku, kutahu. bahkan kau mulai melerai langkah setapak kecil kita dengan menceraikan aku dari keluasan benakmu agar tak lagi engkau temukan bayangku yang biasa menghantui langkah sendirimu. kau telah memilih untuk bersendiri dalam perenungan panjang. tentang mengapa ini harus terjadi padamu, dan tentang beberapa langkah ke depan yang mesti kau jelang. kau sedang memutuskan untuk meninggalkanku di pinggir jembatan, dengan tidak ingin terganggu walau desir angin semakin mengencang, hujan kian membadai mengayun tujuan, atau serpihan debu terbang melingkar serupa beliung di hadapan. kau tidak lagi mempedulikan semua itu.
yang kau inginkan hanyalah memberaikan semua ini, membiarkan sisa-sisa kenangan berserak tak tergenggam. kau bahkan tidak lagi ingin mendengar suaraku, melihat wajahku, menatap ke mataku, terlebih lagi menyisipi relung hatimu dengan remah-remah sisa rindu. tak lagi kau pedulikan aku. tak lagi kau artikan keberadaanku. tidak lagi ada sepenggal aku dalam dunia kecilmu.
aku?
mungkin aku telah mengubah diri menjadi selaksa moksa yang bertebaran dan hinggap di kanvas sejumlah penjuru. delapan mata angin dan satu pengukir peristiwa bernama waktu. namun aku masih mencintai kenangan tentangmu. mencintainya dengan api yang telah padam dan tak lagi menggebu.
kau?
telahkah kau temukan jalan pulang ke rumahmu? telahkah kau sampai dan pijakkan telapakmu di rumah itu? telahkah jua kau tanam pakis hijau, lily dan bonsai beringin di halaman rumahmu? atau, masihkah akan tersedia satu kaktus di sana?
kau?
masihkah serupa bayang yang menjelma hantu dalam sulaman waktu? masihkah memburu jiwa-jiwa pecinta untuk kauruntuhkan hatinya sekedar berbagi angan denganmu? atau, telah habis lapar itu, terganti dengan kenyang sepanjang waktu dengan segala apa yang telah tercurah untukmu?
ada pohon yang meranggas saat kemarau. ada pohon yang menguning saat hujan. sehelai daun yang gugur dari satu-satunya pohon di taman hatiku, telah terterakan nama panjangmu yang terlepas dari hatiku. daun itu melayang naik ke pikirku. terbang dan mendapati tempat tersendiri di salah satu ruang kosong di sana. aku memilih membiarkannya berdiam di sana. biarlah terus di sana, sampai melayu, mengering, dan menghumus di taman kenangan. mungkin bisa berguna untuk membantuku menghitung jejak antara tangisan dan senyuman. karena nyatanya, bahasa jiwa masih saja tetap sama.
kita?
masih adakah yang tersisa tentang k..i..t..a..?


"kita, ialah kata yang terlambat tercipta, yang mestinya tak terjadi" - [semua yang terlambat-marcell].

miliki saja segala yang tersimpan di ingatmu dalam mengenangku. seperti aku yang memilih berdamai dengan diri sendiri untuk tidak berkeras menyingkirkan semua kenangan tentangmu dari keseluruhanku. langkah kita tak lagi setuju. ingin kita tak lagi sama. memang...mesti begini suratannya.


~well, mau segelas cappucinno?~

masih adakah?

adakah keteguhan hati masih mampu membawa telapakmu berdiri
di tengah lembah-lembah berkerikil serupa jarum diantara jerami?
adakah diammu kali ini berarti mundur dari kepapaan jiwaku,
yang masih berharap bahagiamu kini juga nanti?
adakah maaf untukku masih tersisa di salah satu celah hatimu,
yang pernah kubelah dan titipkan satu keping teristimewa di sana untuk tetap kau simpan sampai akhir waktumu?
adakah..kamu bersedia memahami bahwa langkahku yang kini kian jauh darimu,
bukanlah penanda bahwa aku mulai melupakan wadagmu?
adakah..masih..sepenggal..aku..tersimpan..di..keutuhan..mu?

Sunday, September 2, 2007

satu ketika...

ada satu yang kembali mengulur ke langit. satu asa akan pertemuan jiwa yang kadang terasa begitu hebat mendera. ada satu yang ternyata masih menjajah jiwa. penjajah yang tanpa belas kasihan semakin mengaburkan makna ada dan tiada di dalam kenyataan setiap peristiwa.
tidak! aku tidak sedang berlari, sembunyi atau mencoba menepi. aku hanya sedang menghindari warna api yang menyala bergelora di kedalaman diri, yang kerap menjadi cahaya bagi sang cahaya yang kadang badai kadang api.
kenyataan bahwa aku mencintai orang lain yang telah melihat keseluruhanku dengan utuh. kenyataan bahwa ada kerelaan yang telah terjadi dari dasar hatiku, dengan harap suatu waktu dia selalu mendampingiku. kenyataan bahwa aku melihat garis cinta yang baru di kanvas jiwaku.
kadang memang aku masih cemas memikirkan kabar sang mantan belahan jiwa (jika mungkin untuk kusebut demikian), apakah ia tenang dalam bahagianya di sana (entah dimana), atau justru dia sedang terpekur merenungi dirinya yang kembali kehilangan sang cahaya. cemas, karena aku memang masih menyimpan rasa itu tepat di tempatnya semula (tanpa berpindah). dan ketidakberpindahan itu, membuatku masih menyimpan warna keemasan yang pernah berpencar dan terpancar di lubuk hatiku (menurutku, itulah alasan kehidupanku, untuk sempat bertemu dengannya). yang jelas, aku ingin ia bahagia. selalu, walau tanpa adanya aku dalam hidupnya. dan semoga aku juga diberikan bahagia. selalu, walau tanpa adanya dia di kehidupan masa depanku selanjutnya.

Wednesday, August 22, 2007

kumpulan suara hati

CAHAYA - KD

dosakah aku bila dicintaimu?
bila jalinan ini kini menderaku
kukini, terjerat karenanya,
susah lepaskan dia

memang cinta tiada bermata
bisa sisakan pedih juga bahagia
haruskah diriku pasrah?
diriku mengalah?

jalannya cinta nodai hati,
aku dicinta jalinan tiada pasti
dan aku tak harus terkalahkan
dan dirikupun terabaikan
kuikuti jalannya hati..


SEMUA YANG TERLAMBAT - Marcell
aku hanya sinar yang melintas sekedip
bagai kunang-kunang kecil
dan engkau sayap-sayap yang meranggas
seusai sekepak kau mengudara membawa hatiku semua
kita, ialah kata yang terlambat tercipta
yang semestinya tak terjadi
dan cinta ialah kata yang pertama dan terakhir
'tuk merangkum kerinduan, kesalahan dan maafku
'tuk semua yang tak sempat kulakukan
'tuk semua yang tak sanggup kujanjikan
'tuk semua..
lama kucoba merangkai jejak kaki kita tanpa sesal
menerimamu tanpa aku mengerti
indahnya arti hari ini
tanpa harapan 'tuk kembali..
ke semua yang tak sempat kuungkapkan
ke semua yang tak tepat kukatakan
yang tak usai kujalani
yang tak ingin kuingkari
dan semua..
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
KISAH KITA
aku pernah memagari hati untuk menantimu pulang ke hatiku
aku pernah menantimu di persimpangan jalan yang membingungkan
aku pernah mencarimu di ujung sore pada satu dermaga
aku pernah berusaha menjemputmu dan membuatkan jembatan untukmu menyeberang ke jiwaku
aku sempat pergi dari semua itu karena kepayahan menanti tanpa tanda akan tersenyum bahagia
namun,
kemudian aku berlari ke kamar jiwamu
kutemui engkau menangisi ketiadaanku yang tiba-tiba
kuusap airmatamu, dan kutemani engkau merasai hening malam
kusediakan sepasang telinga untuk mendengar, sebentuk hati untuk mengerti,
dan sepenuh jiwa untuk memahami
kembali engkau tergugu dalam tangis yang diam
memilih melepaskanku yang belum juga sempat benar-benar pulang
rasa itu memang ada,
sekuat apapun kita berusaha untuk bersama
tetap takdir menentukan kita tidak bersama
tapi takdir juga berkehendak kita tak bisa terpisah
kamu ada dalam jiwaku, aku ada dalam ingatmu
akan begitu seterusnya..
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Thursday, August 9, 2007

tak terganti...

Gerangan apa yang menjelma diam serta merta

Ketika paras tak lagi tampak dan suara mulai musnah

Gerangan kemana jiwa ‘kan tersulur melayang-layang

Ketika asa mulai terjungkal dan rinding gigil mulai kentara menyeruak

Entah nyata atau hanya khayal saja,

Sepertinya bumi kembali bergetar dan debu berterbangan seketika

Mungkin mentari tengah mengerjap-mengerjapkan sinar yang hampir tertebas pedang malam, sehingga gema bergemuruh dan elang mulai berteriak menyayat kerongkongan

Kau takkan pernah sama seperti sebelumnya,

Kau takkan pernah menjadi siapapun yang kau harap bisa selamanya

Karena kau masih juga dirimu yang percaya makna suatu jiwa

Adalah satu dan tak mungkin terganti dengan yang lainnya.